...:: Senin, 18 Agusutus 2014 Jam 19.00 WIB Wayang Kulit Ki Anom Suroto Lakon "Durna Gugur" Bagian 1, Selamat Menikmati ::...

Kamis, 22 April 2010

Anoman Swargo


Cerita diawali dengan datangnya pinangan Prabu Yaksa Dewa dari negri Sela Uma. Raja raksasa ini ingin meminang kembang negara Widarba yaitu putri Prabu Jaya Purusa yaitu Dewi Pramesti, putri sulung sang prabu. Maka diutuslah wadyabala Sela Uma yang dipimpin oleh Tumenggung Ditya Kala Daksa dan Tumenggung Ditya Kala Pradaksa untuk “Angebun-ebun enjang, Anjejawah Sonten”.


Begitu lamaran disampaikan, Jaya Amijya, putra mahkota Widarba, langsung marah-marah dan bermaksud mengusir utusan dari negri Sela Uma tadi. Kalau perlu dibunuhnya. Namun dengan sangat bijak, Prabu Jaya Purusa mendinginkan suasana dan meminta putranya agar diam. Wawasan yang luas telah mengetahui akan kuatnya negri Sela Uma serta saktinya Prabu Yaksa Dewa sehingga bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan maka boleh jadi negri Widarba akan dihancur leburkan oleh wadya bala Sela Uma dibawah pimpinan raja raksasa yang sakti mandraguna.

Hingga kemudian Prabu Jaya Purusa menjelaskan kepada Ditya Kala Daksa dan Pradaksa bahwa lamaran Raja Mereka belum dapat dijawab saat ini, ditolak atau diterima, diperlukan waktu sekitar satu bulan untuk menetapkannya. Dan diminta mereka beserta pasukannya sementara untuk berkemah di luar negri Widarba, daerah perbatasan seraya menunggu jawaban nanti.

Setelah kepergian utusan Sela Uma tadi, maka Sang Prabu Jaya Purusa menyusun strategi untuk menghadapi tantangan ini. Disuruhlah Patih Harya Suksara untuk berjaga didaerah perbatasan negara terhadap kemungkinan adanya yang musuh yang menyusup. Adiknya Harya Susastra dan anaknya Jaya Amijaya-pun diminta untuk mencari jago yang nantinya akan berhadapan dengan Prabu Yaksa Dewa. Harus dicari dan didapat seorang yang mempunyai kesaktian dalam menghadapi Raja raksasa nanti.

Selain Jaya Amijaya dan Dewi Pramesti, Prabu Jaya Purusa masih mempunyai dua putri lagi yaitu Dewi Pramoni dan Dewi Sasanti. Saat lamaran itu diwartakan dan ditawarkan kepada Dewi Pramesti, tentu saja sang putri kaget dan langsung menolak. Dengan diiringi tangis kesedihan, Sang Dewi berharap agar Ayahandanya tidak memenuhi lamaran itu. Prabu Jaya Purusa sangat mengerti akan keputusan putrinya itu dan hal itu sudah diduganya. Sebagai raja negri Widarba sekaligus ayah dari putri terkasihnya, semua harus diperjuangkan untuk mengangkak harkat dan martabat seorang ksatria.

Sementara itu di pertapaan Kendalisada Resi Mayangkara atau Hanoman memohon kepada Dewa agar ia diperkenankan segera kembali ke Kaswargan Jati meninggalkan dunia fana.

Permohonanya dikabulkan dengan syarat ia harus dapat menikahkan kstaria-ksatria Yawastina atau Hastina yaitu Prabu Hastra Darma, Raden Darma Sarana dan Raden Darma Kusuma, ketiganya merupakan keturunan ke-enam dari Raden Harjuna panengah Pandawa (atau ketiganya merupakan cicit Parikesit).

Raden Jaya Amijaya bertemu Resi Mayangkara. Resi Mayangkara bersedia menjadi menjadi jago Negeri Widarba. Setelah berhasil menumpas Patih Madrawa beserta wadyabalanya dari Negeri Selahuma, Resi Mayangkara mendapat hadiah ketiga putri Widarba, masing-masing bernama Dewi Pramesti, Dewi Pramoni dan Dewi Sasanti. Oleh Resi Mayangkara ketiga putri tersebut dinikahkan dengan ketiga ksatria Yawastina.

Prabu Yaksadewa dari negeri Selahuma mengamuk, bertanding dengan Resi Mayangkara. Prabu Yaksadewa kena digigit Resi Mayangkara kembali ujud aslinya yaitu Batara Kala. Resi Mayangkara tertimpa gada gugur pada saat itu juga, sedang gada Prabu Yaksadewa kembali ke wujud asalnya yaitu Hyang Brahma.

Dengan demikian tercapailah keinginan Resi Mayangkara kembali ke Kahyangan berkumpul dengan para Dewata di Sorga Loka.

sumber : http://nartosabdho.co.cc/?p=205


Tidak ada komentar:

Posting Komentar